Saturday, August 16, 2014

Penangkaran Buaya Makroman

Posted by Unknown On 5:43 AM No comments

Salah satu objek wisata yang menarik di Samarinda adalah penangkaran buaya Makroman. Lokasi penangkaran buaya ini terletak di di desa Pulau Atas, Kelurahan Makroman, sekitar kurang lebih 17 km dari pusat kota Samarinda dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. Luas kawasan penangkaran buaya ini kurang lebih 7 Ha dan telah di lengkapi sarana dan prasarana wisata.


Jenis Buaya yang terdapat dipenangkaran ini antara lain :




1). Buaya muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus) adalah sejenis buaya yang pada umumnya hidup di sungai-sungai dan di daerah muara laut. Daerah penyebarannya dapat ditemukan di seluruh perairan Indonesia. Moncong spesies buaya ini cukup lebar dan tidak punya sisik lebar pada tengkuknya. Sedangkan panjang tubuh sampai ekor bisa mencapai 12 meter seperti yang pernah ditemukan di Sangatta, Kalimantan Timur.

Buaya muara adalah buaya terbesar di dunia, jauh melebihi Buaya Nil (Crocodylus niloticus) dan Alligator Amerika (Alligator mississipiensis). Penyebarannya juga “terluas” di dunia. Buaya muara memiliki wilayah ekosistem mulai dari perairan Teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji dan Vanuatu). Sedangkan habitat favoritnya adalah di perairan Indonesia dan Australia.
Buaya muara mampu melompat keluar dari air untuk menyerang mangsanya. Bahkan apabila kedalaman air melebihi panjang tubuhnya, buaya muara mampu melompat serta menerkam secara vertikal mencapai ketinggian yang sama dengan panjang tubuhnya. Buaya muara menyukai air payau atau asin, oleh sebab itu bangsa Australia menamakannya saltwater crocodile (buaya air asin). Selain terbesar dan terpanjang, Buaya Muara terkenal juga sebagai jenis buaya terganas di dunia.



2). Buaya Siam (Crocodylus siamensis) adalah sejenis buaya Crocodylidae. Buaya ini menyebar di Indonesia (Jawa dan Kalimantan Timur), Malaysia (Sabah dan Serawak), Laos, Kamboja, Thailand, dan Vietnam. Disebut buaya Siam karena spesimen tipe jenis ini dideskripsi berasal dari Siam (nama lama Thailand). Buaya ini sekarang terancam punah di wilayah-wilayah sebarannya, dan bahkan banyak yang telah punah secara lokal.

Secara fisik, buaya ini ukurannya maksimal mencapai 4 m, namun secara umum panjang buaya ini hanya sekitar 2–3 m. Terdapat gigir yang memanjang, nampak jelas di antara kedua matanya, keping tabular di kepala menaik dan menonjol di bagian belakangnya. Sisik-sisik besar di belakang kepala (post-occipital scutes) 2–4 buah. Terdapat sejumlah sisik-sisik kecil di belakang dubur, di bawah pangkal ekor. Sisik-sisik besar di punggung (dorsal scutes) tersusun dalam 6 lajur dan 16–17 baris sampai ke belakang. Sisik perut tersusun dalam 29–33 (rata-rata 31) baris. Warna punggung kebanyakan hijau tua kecoklatan, dengan belang ekor yang pada umumnya tidak utuh.

Buaya air tawar ini menyukai perairan dengan arus yang lambat, seperti rawa-rawa, sungai di daerah dataran, dan danau. Hewan ini umumnya berkembang biak di musim hujan; buaya betina bertelur 20–80 butir, yang diletakkannya dalam sebuah gundukan sarang yang dijagainya hingga anaknya menetas. Telur-telur itu menetas setelah sekitar 80 hari.

Karena perburuan gelap dan rusaknya habitat buaya ini di alam, IUCN memasukkan buaya Siam ke dalam kategori kritis (CR, critically endangered). Pada 1992 populasinya bahkan sempat dianggap punah di alam, atau mendekati situasi itu. Buaya Siam telah dilindungi oleh undang-undang negara Republik Indonesia.



3). Buaya Senyulong (Tomistoma schlegelii) termasuk dalam keluarga Gavialidae. Nama lainnya  jolong-jolong, sampit, atau kanulong. Nama Tomistoma schlegelii diberikan oleh Muller, 1838. Tomistoma berasal dari bahasa Yunani tomos yang berarti pemotong atau tajam dan stoma yang berarti mulut. Moncong senyulong memang pipih dan tajam. Sedang schlegelii berasal dari nama penemunya, ahli zoologi Belanda H Schlegel.

Buaya ini memiliki ciri-ciri moncong pipih dan tajam. Kulitnya berwarna kecoklatan waktu muda dan menghitam setelah dewasa. Panjang maksimum mencapai lima meter, namun spesies ini potensial tumbuh lebih besar. Buaya senyulong merupakan salah satu spesies buaya terbesar di dunia. Panjangnya dapat mencapai 6 meter dan berperan besar sebagai predator utama di alam.

Moncongnya yang pipih panjang sangat cocok untuk menagkap ikan, namun sebenarnya senyulong adalah predator segala jenis binatang dari serangga sampai mamalia. Anak buaya biasa makan kodok, tikus, ular kecil, dan lain-lain. Kalau buaya besar bisa makan ular besar, biawak, kura-kura & kancil.

Betina biasanya siap kawin pada ukuran 2,5-3 meter. Mereka membangun sarang dari daun kering atau lempung hingga setinggi 0,6 meter. Sekali bertelur 20-60 butir dengan panjang telur sekitar 10 cm. Anak buaya menetas setelah 90 hari, namun karena tidak lagi diurusi induknya, angka kematian sangat tinggi. Anak buaya biasanya dimangsa babi hutan atau reptil.

Buaya yang merupakan spesies rentan ini hanya terdapat di Indonesia dan Malaysia. Populasi terbesar di Sumatera dan Kalimantan. Spesies buaya ini hidup dan berkembang di hutan rawa, dimana buaya ini membuat sarangnya di bantaran sungai.


Hasil survei terbaru tim gabungan International Union for Conservation Nature 7 Natural Resources Crocodile Specialist Group (IUCN CSG) bersama-sama Proyek konservasi Berbak Sembilang Wetlands International, bulan Agustus 2002, menunjukkan populasi buaya senyulong disepanjang lebih dari 50 km sungai Merang, tahun ini hanya didapat 3 ekor buaya senyulong. Itupun berukuran kecil, panjangnya antara 1,5 – 2,0 meter. Padahal tahun 2001 lalu masih ditemukan 15 ekor buaya senyulong. Namun setidaknya ada kabar gembira dari penangkar buaya di Palembang, PD Budiman, yang ternyata memiliki koleksi buaya senyulong sebanyak 108 ekor. Dalam penangkaran, buaya senyulong ternyata bisa berkembang biak dengan baik. Sebenarnya buaya ini menghasilkan jumlah telur terbanyak dibandingkan spesies buaya lainnya. Namun, pengetahuan mengenai kebutuhan ekologi maupun habitat spesies ini masih sangat minim.

0 komentar: