Saturday, August 16, 2014

Pasar Segiri di Samarinda

Posted by Unknown On 6:19 AM


Pasar Segiri berada di Jalan Pahlawan Kecamatan Samarinda Ulu. Merupakan unit Pelakasana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Pasar Kota Samarinda. Pasar Segiri sebagai pasar induk yang melakukan aktifitas bongkar muat paling ramai di kota Samarinda. aktifitasnya sudah dimulai dini hari sampai malam. Paasar Segiri mendatangkan sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, ayam dan kebutuhan lainnya dari beberapa daerah seperti Sulawesi Selatan, Surabaya dan Mamuju bahkan sampa Thailand.


Pasar yang dulunya dikenal sangat kumuh ini, perlahan mulai berbenah. hampir tidak ada lagi ruas jalan pasar yang rusak. sehingga kawasan pasar ini sedikit lebih bersih dari sebelumnya.Pasar Segiri saat ini sedang melakukan pembangunan dan revitalisasi pasar. UPTD Pasar Segiri membawahi 5 Pasar diantaranya adalah : Pasar Ijabah, Pasar Bengkuring, Pasar Merdeka, Pasar Rahmat, Pasar Kedondong.

Transportasi di Samarinda

Posted by Unknown On 6:10 AM


Kota Samarinda dapat ditujui dengan berbagai cara.

Darat
Kota Samarinda yang tepat berada ditengah-tengah perlintasan jalan Trans Kalimantan bagian Kaltim selatan dapat dituju dari berbagai arah. Bagi yang berasal dari luar Kaltim, Kota Samarinda dapat ditujui dengan menyinggahi Kota Balikpapan lalu melanjutkan perjalanan darat Jl.Soekarno-Hatta sepanjang kurang lebih 100 km.

Air
Kota Samarinda bisa dituju dengan menggunakan transportasi air, baik transportasi sungai (kebanyakan dari wilayah ulu Mahakam) maupun laut (kebanyakan kapal laut dari Sulawesi). Pelabuhan yang khusus untuk kapal laut berada di Jl.Yos Sudarso dekat pelabuhan kontainer.

Udara
Saat ini kota Samarinda sedang membangun sebuah bandar udara domestik agar warga dari luar Samarinda bisa langsung menuju ke Samarinda karena saat ini belum ada bandar udara yang representatif. Satu-satunya bandar udara di Samarinda adalah Bandara Temindung yang hanya bisa didarati oleh pesawat kecil dan melayani penerbangan ke wilayah pedalaman di Kaltim.


Taman Tepian Mahakam

Posted by Unknown On 6:07 AM

Tepian Mahakam, merupakan wisata alam yang sangat populer bagi masyarakat kota samarinda dan sekitarnya. Di tempat ini, keindahan kota Samarinda nampak jelas karena segala pemandangan yang menarik dapat dinikmati secara langsung. Sungai Mahakam, sebagai sungai yang mengalir di sepanjang tepian kota Samarinda seakan memberikan sejuta pesona dan manfaat, dan seolah-olah terus memanggil setiap pengunjung taman untuk terus berada di tempat tersebut.

Juga taman yang ada di hampir sepanjang tepian sungai mahakam, kini dijadikan sebagai salah satu tempat favorit para penduduk kota Samarinda untuk bersantai. Dan tidak sedikit pula orang yang memanfaatkan taman tersebut sebagai tempat untuk berteduh, beristirahat dan bersantai.








Dari sederet potret keindahan alam yang ada di kota Samarinda diatas, terbukti bahwa kota Samarinda pun mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai Kota Pariwisata. Dan untuk harapannya kedepan, semoga Kota Samarinda tetap menjadi Kota Wisata yang Teduh, Rapi, Indah, Aman dan Nyaman bagi para pengunjungnya, Amiin.

Wisata Citra Niaga Samarinda Kalimantan Timur

Posted by Unknown On 5:56 AM




Citra Niaga di Samarinda sebenarnya adalah kawasan pusat perdagangan yang berada di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Luas dari Citra Niaga ini sekitar 2,7 hektar yang memang sengaja dirancang untuk menyediakan sebuah tempat usaha bagi para pedagang sekitar (60%) pedagang kecil serta (40%) nya merupakan pedagang yang besar dan menengah. Pada awalnya Citra Niaga ini dibangun pada tanggal 27 Agustus 1987.

Lokasi dari wilayah ini dahulunya adalah bekas dari tempat yang bernama Taman Hiburan Gelora yang kemudian terbakar, di waktu itu penduduk yang berada di Samarinda baru sekitar 300.000 orang masyarakat dan membutuhkan pusat belanja dan rekreasi. Citra Niaga yang menjadi sebuah Pusat Kegiatan perdagangan ini adalah karya dari seorang arsitek yang bernama Antonio Ismael ini dahulu pada tahun 1989 pernah mendapatkan sebuah perhargaan internasional Aga Khan Award for Architecture (AKAA). Ketika itu Citra Niaga bersaing dengan kandidat besar Bandara Soekarno-Hatta. Namun akhirnya Citra Niaga lah yang terpilih untuk menerima penghargaan internasional Aga Khan Award for Architecture (AKAA).

Beberapa bagian dari bangunan Citra Niaga yang terletak sisi timur sudah mengalami beberapa perubahan fungsi kegunaannya. Sebuah bangunan yang memiliki dua lantai dengan struktur permanen tersebut pada awalnya memiliki gang (alley) yang berada di bagian dalam dan bisa dilalui oleh para pengunjung dengan penghawaan alami. Kemudian seluruh bagian-bagian tersebut ditutup dan berubah menjadi sebuah bangunan department store yang tertutup. Dan menyisakan bagian barat untuk para pedagang kecil dan plaza yang berada di tengah.


Dahulu Citra Niaga juga pernah mengalami kebakaran tepatnya pada tanggal 31 Oktober 2006 yang kemudian dibangun kembali akan tetapi kondisinya tidak sama persis dengan bangunan yang sebelumnya dan  sekarang merupakan sebuah pusat kerajinan tradisional yang berada di kota Samarinda. Perubahan yang terjadi lebih tertuju pada bahan-bahan bangunan yang sebelumnya seluruh bahan dinding dan atap terbuat dari sirap kayu ulin, yang kemudian diganti dengan bahan-bahan non kayu dan non kayu ulin.

Wisata Tenun Ikat Sarung Samarinda Kalimantan Timur

Posted by Unknown On 5:50 AM

Tenun ikat merupakan sebuah kerajinan tradisional dari Indonesia yang berupa kain dan dibuat dengan cara menenun helaian-helaian benang yang tentu saja sebelumnya sudah diikat lalu dimasukkan kedalam cairan pewarna. Dikarenakan tenun ikat adalah sebuah kerajinan tradisional, jadi proses pembuatannya hanya menggunakan alat tenun sederhana yang digerakkan menggunakan tangan. Walaupun sebenarnya sudah banyak tersedia mesin tenun yang dapat menghasilkan berbagai macam kain.

Disitulah letak dan keunikan dari tenun ikat yang memiliki ciri khas tersendiri. Serta produksi yang di lakukan masih menggunakan cara yang tradisional, sehingga membuat kain tenun ikat memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan kain biasa yang diproduksi secara cepat menggunakan mesin-mesin canggih.

Beberapa daerah lain di Indonesia juga ada yang terkenal dengan kualitas kerajinan tenun ikatnya. Beberapa daerah tersebut seperti Sulawesi Selatan, Jepara, Toraja, Bali, Sintang, Sumbawa, Flores, Sumba, dan daerah Timor Barat. Jika anda melihat di daftar daerah-daerah tersebut, maka anda bisa melihat sebaran kerajinan tenun ikat tradisional dan kerajinan tenun di daerah tersebut tidak hanya berpusat di satu daerah saja.



Seorang ibu sedang membuat kain sarung tenun ikat samarinda

Jenis kain tenun ikat yang diproduksi masyarakat Samarinda seperti kain sarung. karena itulah kerajinan tersebut sering disebut dengan nama tenun ikat sarung Samarinda. Sarung ini dibuat menggunakan alat tenun yang masih menggunakan tangan yang begitu sederhana dan biasa disebut dengan nama gedokan. Dikarenakan proses pembuatannya hanya menggunakan tangan, setidaknya membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk menghasilkan satu sarung tenun ikat. Sebab itu harganya menjadi lebih tinggi daripada kain yang diproduksi secara cepat dengan menggunakan mesin canggih.

Kerajinan tenun ikat memiliki kemiripan dengan beberapa kerajinan kain lainnya, seperti Songket. Kain songket bisa dimasukkan dalam jenis tenun brokat, dan merupakan sebuah kain tradisional yang dihasilkan oleh suku Melayu dan juga terkenal. Terutama kain yang berasal dari Minangkabau, Indonesia dan dari negara-negara lain, seperti contoh Malaysia dan Brunei Darussalam. Walaupun memiliki kemiripan, akan tetapi kain tenun ikat dapat mudah dibedakan dengan kain songket. Dikarenakan songket menggunakan benang emas dan perak. kalau tenun ikat tidak menggunakan bahan seperti benang tersebut. Selain itu motif yang terdapat pada kain songket lebih dominan pada satu sisi saja. Sedangkan tenun ikat kedua sisinya memiliki motif yang relatif sama.

Motif yang biasa digunakan untuk menghias kain sarung tenun ikat memiliki bentuk geometris. Dimana garis-garis diatur sehingga terbentuk motif yang geometris. Ini merupakan motif yang paling dominan yang terdapat pada kain sarung tenun ikat dari Samarinda. Selain itu tenun ikat dari wilayah Kalimantan dan tempat-tempat lainnya ada pula yang memakai motif hewan dan tumbuhan.

Kain sarung tenun ikat bisa anda temukan di pertokoan yang berada di Kota Samarinda. sebenarnya anda tidak perlu ke Kalimantan hanya untuk mencari kain sarung tenun ikat. Karena sudah banyak pedagang di daerah lain yang sudah menjual kerajinan seperti ini. Akan tetapi jika anda ingin mendapatkan kain sarung tenun ikat yang sudah pasti dibuat menggunakan tangan dari masyarakat Samarinda sendiri, sebaiknya anda datang langsung menuju lokasi yang menjadi sebuah pusat kerajinan kain sarung tenun ikat.

Sekitar 2 kelurahan yang berada kecamatan Samarinda Seberang yang menghasilkan kain sarung tenun ikat. Diantaranya adalah kelurahan Kampung Baqa. Kampung Baqa merupakan suatu daerah yang tertua di Samarinda. karena itu wajar saja jika di daerah ini juga merupakan salah satu penghasil kerajinan khas Samarinda, yaitu kain sarung tenun ikat. Daerah lainnya yang juga masih terdapat di kecamatan Samarinda Seberang seperti kelurahan Kampung Masjid. Kampung Masjid dan Kampung Baqa masih dalam satu kecamatan, adalah 2 kelurahan yang menghasilkan kerajinan kain sarung tenun ikat di Samarinda.

Sangatlah mudah menemukan Kampung Masjid. Karena di kelurahan ini terdapat sebuah bangunan bersejarah yaitu masjid yang tertua di Samarinda, namanya masjid Shiratal Mustaqiem. karena itulah jika anda ingin mencari kerajinan kain sarung tenun ikat di kelurahan ini, bertanya saja pada masyarakat setempat dimana letak masjid Shiratal Mustaqiem.

Produksi kain sarung tenun ikat di Samarinda juga dapat dilacak sejarahnya bermula dari cikal-bakal berdirinya kota Samarinda itu sendiri. Kerajinan tradisional ini dibawa oleh suku Bugis dari daerah Sulawesi Selatan. Ketika itu Sultan Bugis-Wajo, adalah La Madukelleng sang pemimpin dari Kesultanan Paser datang menuju Pulau Kalimantan. Salah seorang bangsawan yang datang bersama-sama rombongan Sultan La Madukelleng, adalah La Mohang meminta untuk diberikan tanah di daerah Kesultanan Kutai Kartanegara yang pada waktu pemimpinnya adalah Sultan Adji Pangeran Dipati Anom.

Kemudian Sultan Adji Pangeran Dipati Anom memberikan sebidang tanah yang sekarang sudah menjadi Kota Samarinda dengan syarat mereka harus patuh dengan kepemerintahan dari Kesultanan Kutai Kartanegara. Sejak itulah suku Bugis kemudian mengembangkan wilayah yang sudah diberikan oleh Sultan Adji Pangeran Dipati Anom. Diantaranya adalah dengan membawa teknik untuk membuat kain sarung tenun ikat ke Pulau Kalimantan. Karena sebab itu kain sarung tenun ikat sampai sekarang masih bisa ditemukan di perkampungan orang Bugis seperti contohnya Kampung Baqa dan Kampung Masjid.


Secara akumulatif, kain sarung tenun ikat dari Samarinda serta kain sarung tenun ikat lainnya yang juga berada di Pulau Kalimatan menjadi salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Negara Indonesia. Tidak hanya itu saja, ada juga contoh lainnya seperti batik yang telah memperoleh pengakukan dari dunia, tenun ikat Kalimantan juga sudah diakui oleh UNESCO sebagai sebuah warisan kebudayaan bukan hanya sebuah benda yang berasal dari Indonesia.

Penangkaran Buaya Makroman

Posted by Unknown On 5:43 AM

Salah satu objek wisata yang menarik di Samarinda adalah penangkaran buaya Makroman. Lokasi penangkaran buaya ini terletak di di desa Pulau Atas, Kelurahan Makroman, sekitar kurang lebih 17 km dari pusat kota Samarinda dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. Luas kawasan penangkaran buaya ini kurang lebih 7 Ha dan telah di lengkapi sarana dan prasarana wisata.


Jenis Buaya yang terdapat dipenangkaran ini antara lain :




1). Buaya muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus) adalah sejenis buaya yang pada umumnya hidup di sungai-sungai dan di daerah muara laut. Daerah penyebarannya dapat ditemukan di seluruh perairan Indonesia. Moncong spesies buaya ini cukup lebar dan tidak punya sisik lebar pada tengkuknya. Sedangkan panjang tubuh sampai ekor bisa mencapai 12 meter seperti yang pernah ditemukan di Sangatta, Kalimantan Timur.

Buaya muara adalah buaya terbesar di dunia, jauh melebihi Buaya Nil (Crocodylus niloticus) dan Alligator Amerika (Alligator mississipiensis). Penyebarannya juga “terluas” di dunia. Buaya muara memiliki wilayah ekosistem mulai dari perairan Teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji dan Vanuatu). Sedangkan habitat favoritnya adalah di perairan Indonesia dan Australia.
Buaya muara mampu melompat keluar dari air untuk menyerang mangsanya. Bahkan apabila kedalaman air melebihi panjang tubuhnya, buaya muara mampu melompat serta menerkam secara vertikal mencapai ketinggian yang sama dengan panjang tubuhnya. Buaya muara menyukai air payau atau asin, oleh sebab itu bangsa Australia menamakannya saltwater crocodile (buaya air asin). Selain terbesar dan terpanjang, Buaya Muara terkenal juga sebagai jenis buaya terganas di dunia.



2). Buaya Siam (Crocodylus siamensis) adalah sejenis buaya Crocodylidae. Buaya ini menyebar di Indonesia (Jawa dan Kalimantan Timur), Malaysia (Sabah dan Serawak), Laos, Kamboja, Thailand, dan Vietnam. Disebut buaya Siam karena spesimen tipe jenis ini dideskripsi berasal dari Siam (nama lama Thailand). Buaya ini sekarang terancam punah di wilayah-wilayah sebarannya, dan bahkan banyak yang telah punah secara lokal.

Secara fisik, buaya ini ukurannya maksimal mencapai 4 m, namun secara umum panjang buaya ini hanya sekitar 2–3 m. Terdapat gigir yang memanjang, nampak jelas di antara kedua matanya, keping tabular di kepala menaik dan menonjol di bagian belakangnya. Sisik-sisik besar di belakang kepala (post-occipital scutes) 2–4 buah. Terdapat sejumlah sisik-sisik kecil di belakang dubur, di bawah pangkal ekor. Sisik-sisik besar di punggung (dorsal scutes) tersusun dalam 6 lajur dan 16–17 baris sampai ke belakang. Sisik perut tersusun dalam 29–33 (rata-rata 31) baris. Warna punggung kebanyakan hijau tua kecoklatan, dengan belang ekor yang pada umumnya tidak utuh.

Buaya air tawar ini menyukai perairan dengan arus yang lambat, seperti rawa-rawa, sungai di daerah dataran, dan danau. Hewan ini umumnya berkembang biak di musim hujan; buaya betina bertelur 20–80 butir, yang diletakkannya dalam sebuah gundukan sarang yang dijagainya hingga anaknya menetas. Telur-telur itu menetas setelah sekitar 80 hari.

Karena perburuan gelap dan rusaknya habitat buaya ini di alam, IUCN memasukkan buaya Siam ke dalam kategori kritis (CR, critically endangered). Pada 1992 populasinya bahkan sempat dianggap punah di alam, atau mendekati situasi itu. Buaya Siam telah dilindungi oleh undang-undang negara Republik Indonesia.



3). Buaya Senyulong (Tomistoma schlegelii) termasuk dalam keluarga Gavialidae. Nama lainnya  jolong-jolong, sampit, atau kanulong. Nama Tomistoma schlegelii diberikan oleh Muller, 1838. Tomistoma berasal dari bahasa Yunani tomos yang berarti pemotong atau tajam dan stoma yang berarti mulut. Moncong senyulong memang pipih dan tajam. Sedang schlegelii berasal dari nama penemunya, ahli zoologi Belanda H Schlegel.

Buaya ini memiliki ciri-ciri moncong pipih dan tajam. Kulitnya berwarna kecoklatan waktu muda dan menghitam setelah dewasa. Panjang maksimum mencapai lima meter, namun spesies ini potensial tumbuh lebih besar. Buaya senyulong merupakan salah satu spesies buaya terbesar di dunia. Panjangnya dapat mencapai 6 meter dan berperan besar sebagai predator utama di alam.

Moncongnya yang pipih panjang sangat cocok untuk menagkap ikan, namun sebenarnya senyulong adalah predator segala jenis binatang dari serangga sampai mamalia. Anak buaya biasa makan kodok, tikus, ular kecil, dan lain-lain. Kalau buaya besar bisa makan ular besar, biawak, kura-kura & kancil.

Betina biasanya siap kawin pada ukuran 2,5-3 meter. Mereka membangun sarang dari daun kering atau lempung hingga setinggi 0,6 meter. Sekali bertelur 20-60 butir dengan panjang telur sekitar 10 cm. Anak buaya menetas setelah 90 hari, namun karena tidak lagi diurusi induknya, angka kematian sangat tinggi. Anak buaya biasanya dimangsa babi hutan atau reptil.

Buaya yang merupakan spesies rentan ini hanya terdapat di Indonesia dan Malaysia. Populasi terbesar di Sumatera dan Kalimantan. Spesies buaya ini hidup dan berkembang di hutan rawa, dimana buaya ini membuat sarangnya di bantaran sungai.


Hasil survei terbaru tim gabungan International Union for Conservation Nature 7 Natural Resources Crocodile Specialist Group (IUCN CSG) bersama-sama Proyek konservasi Berbak Sembilang Wetlands International, bulan Agustus 2002, menunjukkan populasi buaya senyulong disepanjang lebih dari 50 km sungai Merang, tahun ini hanya didapat 3 ekor buaya senyulong. Itupun berukuran kecil, panjangnya antara 1,5 – 2,0 meter. Padahal tahun 2001 lalu masih ditemukan 15 ekor buaya senyulong. Namun setidaknya ada kabar gembira dari penangkar buaya di Palembang, PD Budiman, yang ternyata memiliki koleksi buaya senyulong sebanyak 108 ekor. Dalam penangkaran, buaya senyulong ternyata bisa berkembang biak dengan baik. Sebenarnya buaya ini menghasilkan jumlah telur terbanyak dibandingkan spesies buaya lainnya. Namun, pengetahuan mengenai kebutuhan ekologi maupun habitat spesies ini masih sangat minim.